Ajaran sufi dan tokoh tokohnya

A. AJARAN-AJARAN SUFI
1. Khauf dan Raja’
Menurut para sufi, khauf adalah suatu sikap mental merasa takut kepada Allah karena kurang sempurnanya pengabdiannya. Takut dan khawatir kalau-kalau Allah tidak senang padanya. Dengan adanya perasaan seperti itu, maka ia selalu berusaha agar sikap san prilakunya tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah, dan mendorongnya untuk menjauhi perbuatan maksiat. Perasaan khauf timbul karena pengenalan dan kecintaan kepada Allah sudah mendalam sehingga ia merasa khawatir kalau Allah melupakannya dan takut akan siksa Allah.
Menurut kalangan sufi juga raja’ dan khauf berjalan seimbang dan saling mempengaruhi. Raja’ dapat berarti berharap atau optimism yaitu perasaan senang hati karena menanti sesuatu yang di inginkan dan di senangi. Raja’ atau optimism ini telah ditegaskan dalam Al-quran dala Qs al-baqarah ayat 218 “sesungguhnya orang-orang yang beriman yang hijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah orang-oramg yang mengharap rahmat Allah. Dan Allah maha pengampun lagi maha penyanyang”
2. Mahabbah
Kata mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabatan, yang secara harfiah berarti mencintai secara mendalam, atau kecintaan atau cinta. Dalam Mu’jam al-falsafi, jamil shaliba mengatakan mahabbah adalah lawan dari al-baghd, wadud, yakni yang sangat kasih atau penyayang.
Selain itu al-mahabbah dapat pula berarti kecendrungan kepada sesuatu yang sedang berjalan, dengan tujuan untuk memperoleh kebutuhan yang bersifat material maupun spiritual, seperti cintanya seseorang yang kasmaran pada sesuatu yang dicintainya, orang tua pada anaknya, seseorang pada sahabatnya, suatu bangsa terhadap tanah airnya dan lain sebaginya. Mahabbah pada tingkat selanjutnya dapat pula berarti suatu usaha sungguh-sungguh dari seseorang untuk mencapai  tingkat rohaniah tertinggi dengan tercapainya gambaran yang mutlak, yaitu kepada tuhan.
Dengan uraian tersebut kita dapat memperoleh pemahaman bahwa mahabbah adalah suatu keadaan jiwa yang mencintai tuhan sepenuh hati, sehingga yang sifat-sifat yang dicintai (tuhan) masuk ke dalam diri yang dicintai. Tujuannya adalah untuk memperoleh kesenangan batiniyah yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dapat dirasakan oleh jiwa.
3. Makrifat
Makrifat adalah hadirnya kebenaran Allah pada seseorang sufi dalam keadaan hatinya selalu berhubungan dengan “Nur Illahi”. Makrifat membuat ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu pengetahuan ketenangan dalam akal pikiran. Barang meningkat makrifatnya, maka meningkat pula ketenangan hatinya. Akan tetapi tidak semua sufi dapat mencapai pada tingkatan ini, karena itu seorang sufi yang sudah sampai pada tingkatan makrifat ini memiliki tanda-tanda tertentu, antara lain;
a. Selalu memancar makrifat padanya dalam segala sikap dan prilakunya. Karena itu sikap wara selalu ada pada dirinya.
b. Tidak menjadikan keputusan pada suatu yang berdasarkan fakta yang bersifat nyata, karena hal-hal yang nyata menurut ajaran tasawuf belum tentu benar.
c. Tidak menginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, karena hal itu bisa membawanya pada hal yang haram.
Dari sinilah kita dapat melihat bahwa seorang sufi tidak menginginkan kemewahan dalam hidupnya, kiranya kebutuhan duniawi sekedar untuk menunjang ibadahnya, dan tingkatan makrifat yang dimiliki cukup menjadikan ia bahagia dalam hidupnya Karena merasa selalu bersama-sama dengan tuhannya.
4. Hulul
Kata al-hulul adalah bentuk masdar dari kata kerja halla yang berarti tinggal atau berdiam diri. Secara terminologis kata al-hulul diartikan dengan paham bahwa tuhan dapat menitis ke dalam makhluk atau benda. Disamping itu, al-hulul berasal dari kata halla yang berarti menempati suatu tempat (halla bi al-makani). Jadi pengertian hulul secara bahasa adalah menempati suatu tempat.
Secara harfiah hulul berarti tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapat melenyapkan sifat-sifat kemanusiaannya melalui fana. Menurut keterangan Abu Nasr al-Tausi dalam al-Luma’ sebagaimana dikutip Harun Nasution, adalah paham yang mengatakan bahwa tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat didalamnya setelah kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan.
Hulul atau juga dering disebut “peleburan antara tuhan dan manusia” adalah paham yang dipopulerkan Mansur al-Hallaj. Paham ini menyatakan bahwa seorang sufi dalam keadaan tertentu, dapat melebur dengan Allah. Dalam hal ini, aspek an-nasut Allah bersatu dengan aspek al-lahut manusia. Al-lahut merupakan aspek ketuhanan sedangkan an-Nasut adalah aspek kemanusiaan. Sehingga dalam paham ini, manusia maupun tuhan memiliki dua aspek tersebut dalam diri masing-masing.
5. Ittihad
Apabila seorang sufi telah berada dalam keadaan fana, maka pada saat itu ia telah dapat menyatu dengan tuhan, sehingga rujud diyahnya kekal atau baqa. Di dalam perpaduan itu ia menemukan hakikat jati dirinya sebagai manusia yang berasal dari tuhan, itulah yang dimaksud dengan ittihad.
Ittihad menurut bahasa berarti penyatuan atau berpaduan dua hal, artinya perpaduan dengan tanpa di antarai sesuatu apapun. Ittihad si pandang sebagai ajaran dokrtinal karena memadukan ekstensi dua wujud yang terpisah (wahdah al-wujud). Hal ini bertentangan dengan konsep kesatuan wujud jika dipahami sebagai kesatuan. Dalam tasawuf ittihad adalah kondisi dimana seorang sufi merasa dirinya menyatu denga tuhan  sehingga masing-
masing di antara keduanya bisa memanggil kata-kata aku. 
6. Wahdatul Wujud
Wahdatul wujud mempunyai pengertian secara awam, yaitu bersatunya tuhan dengan manusia yang telah mencapai hakiki atau dipercaya telah suci. pengertian sebenarnya adalah merupakan penggambaran bahwa Tuhan-lah yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Allah adalah sang khalik, dialah yang telah menciptakan manusia, dialah tuhan dan kita adalah bayangannya. Dari pengertian yang hampir sama terdapat pula kepercayaan selain wahdatul wujud, yaitu Wahdatul syuhud yaitu, kita dan semua adalah bagian dari dzat Allah. Jadi keduanya berpengertian, kita dapat bersatu dengan dzat Allah. Dalam penggambaran karya-karya suluk di jawa yang berisi mengkritik ajaran para wali Sembilan, misalnya suluk-suluk karya syekh siti jenal (contoh lainnya adalah serat gatholokoco, dinamakan serat karena penulis suluk ini, gatholokoco berpendapat bahwa suluk lebih cenderung ke islam), manusia dianggap memiliki 20 sifat-sifat Allah. Contohnya diantaranya dzat Allah terdapat pada diri kita, jadi kita tidak perlu salat karena dzat Allah sudah ada pada diri kita. Hal-hal tersebut dianggap bertentangan dengan syariat islam menurut pengertian umum, dan syekh siti jenar dihukum oleh para wali Sembilan. (sejarah syekh siti jenar tidak terlalu jelas).
B. Tokoh-tokoh Sufi
1. Ibnu ‘Araby
Muhammad bin Ahmad bin Abdullah Abu Bakar Muhyiddin ibnu ‘araby Al-hatimi at-tahi. Lahir di mercia (Andalusia) 17 ramadhan 560 H. (28 juli 1165M) dan meninggal di damaskus tahun 1240 M. Bila orang membicarakan filsafat, nama ibnu ‘araby termasuk, dan didalam daftar sufispun beliau populasir. Dalam teorinya dibidang tasawuf yaitu wahdatul wujus, al- haqiqatul muhammadiyah, kesatuan agama.
2. Ibnu Taimiyah
Taqiuddin Abdul Abbas bin Abdul Halim bin Abdussalam bin Abdullah bin Muhammaad bin Taimiyah. Lahir di haram pada hari senin tanggal 10 robiul awal 661 H (22 januari 1263M), dan meninggal di damaskus pada tahun 726 H (1328 M). adapun ajaran-ajaran ibnu taimiyah lain degan ajaran ibnu ‘araby. Baliau penentang berat dari ajaran ibnu ‘araby dalam paham Ahli wihdah, ahli hulul dan ahli ittihat. Ajaran-ajarannya antara lain:
• Hubungan makhluk dengan khalik adalah langsung tanpa perantara, tidak boleh memakai perantara atau wasilah.
• Perhubungan langsung itu berpedoman pada petunjuk Rasulullah saw. dengan lengkap, tidak boleh berlebih atau berkurang, karena akan meningalkan derajat iman.
• Muhammad adalah hamba Allah dan pesuruh Allah dan barang siapa yang memakai cara hidup seperti yang di gariskan beliau, dapat menjadi waliyullah.
Disini ibnu taimiyah berusaha mengembalikan umat kepada keaslihan ajaran Nabi Muhammad saw, mengembalikan tasawuf ke pangkal tauhid.

3. Hasan Basri
Beliau adalah seorang zahid yang amat masyhur dalam kalangan tabi’in. lahir pada tahun 21-110 H. Beliau juga yang pertama kali membicarakan ilmu-ilmu kebatinan, kemurnian akhlak dan usaha mensucikan jiwa di masjid basrah. Segala ajarannya tentang kerohanian yang senantiasa di ukur dengan sunnah-sunnah Nabi. Pandangan tasawufnya senantiasa bersedih hati dan takut, sehingga membawa kepada pendirian belaiu untuk zuhud, menolak akan kemegahan, semata menuju kepada Allah, tawakal antara takut dan mengharap tidak pernah terpisah. Dan rupanya pendirian hidup hasan basri itu dijadikan pedoman oleh seluruh ahli tasawuf. Ajaran-ajarannya adalah:
• Perasaan takutmu sehingga bertemu dengan hati yang tentram, lebih baik dari pada perasaan tentrammu yang kemudian menimbulkan takut.
• Negeri adalah negeri tempat beramal. Barang siapa yang bertemu dunia dalam rasa benci kepadanya dan zuhud, maka akan berbahagialah dia dan beroleh faedah.
• Tentang tafakkur.
• Orang yang beriman adalah orang yang telah berduka cita pagi dan sore, karena dia hidup di antara dua ketakutan (akan dosa yang lampau dan balasan yang akan menimpanya.
4. Al-Ghazali
Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-imam Al-jahl, Abu Ahmid Ath Thusi Al-Ghazali. Popular dengan gelar Hujjatul islam, karena banyak pembelaannya kepada keislaman. Beliau lahir di Thusia pada tahun 450-505 H (1058-1111 M). Ajaran-ajarannya adalah;
• Dengan ilmu klam yang saya dapat mengatakan bahwa Allah itu ada, tetapi adanya Allah itu tiada saya rasa.
• Allah itu hendaknya terasa bukan terpikir
• Dalami dahulu benar-benar rasa tauhid atas dasar “Laa ilaa ha illallah” menurut al-quran dan hadits, bilamana tidak, engkau akan sesat dalam wahdatul wujud
• Dengan tauhid menimbulkan iman, dengan taat menjalankan syariat terlihatlah cinta Allah dan Rasul. Maka siapa yang tidak bertauhid, dia tidak beriman.
• Jangan perdulikan keadaan dunia, terimalah takdir Allah dengan sabar dan tahankalah penderitaan, kedzaliman raja-raja karena itu adalah cobaan.
5. Al-Hallaj
Abu wuisth Al-Husain bin Manshur Al-hallaj Muhammad Al-baidhowi. Lahir di thur, salah satu desa dekat baida di Persia, pada tahun 244 H dan meninggal tahun 309 H. dan merupakan salah satu murid dari sahl bin Abdullah at-tasturi dan berguru pula pada Amar Al-makki dan Al-juanaid.
Ajaran-ajarannya banyak dilukiskan berupa puisi atau terkandung prosa. Adapun sari teorinya adalah tentang; Hullul, an Nurul Muhammad dan perdamian seluruh agama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Noun and pronoun

Makalah evaluasi dalam proses belajar mengajar